Minggu, 04 Mei 2014

Majalengka Kota Angin


MAKALAH

KAB. MAJALENGKA KOTA ANGIN








NAMA : TEGUH PURNOMO
NIM : 10811006
KELAS: 11 TK 5

JURUSAN TEKNIK KOMPUTER
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
2011








            Majalengka merupakan salah satu kabupaten yang berada di wilayah Provinsi Jawa Barat Negara Indonesia yang terkenal sebagai kabupaten berangin dan tentu saja Majalengka pun mempunyai tempat pariwisata dan kesenian sendiri, untuk itulah  ijinkan saya selaku penulis akan  membahas mengenai Majalengka sebagai kota angin dan tentunya tempat-tempat wisata dan  kesenian yang berada di kabupaten Majalengka.
            Sebelum membahas lebih lanjut, marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa atas rahmat dan limpahan berkatNya saya selaku penulis dapat menyusun makalah ini dalam rangka memenuhi tugas komputer dasar. Semoga menjadi wawasan bagi pembaca karena saya akan mengupas tentang tempat-tempat pariwisata dan kesenian yang berada di kabupaten Majalengka.
            Apabila ada kesalahan dalam penyampaian materi, dengan segenap hati penulis minta maaf dan tentunya kritik saran sangat terbuka bagi khalayak untuk menjadikan makalah ini lebih baik lagi.


Bandung,   November 2011

Penulis




PENDAHULUAN

Kabupaten Majalengka, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat.. Kabupaten majalengka ini berbatasan dengan Kabupaten Cirebon di sebelah timur ,Kabupaten Indramayu di sebelah Utara ,Kabupaten Kuningan di sebelah selatan ,dan Kabupaten Sumedang di sebelah barat .Kab.Majalengka sering di kenal sebagai kota angin karena angin nya yang begitu besar.

                                              


BAB II

PEMBAHASAN


1.Majalengka Sebagai Kota Angin

Dalam beberapa hari terakhir suhu udara panas mencapai 33 serajat celcius dan angin bertiup kencang hingga mencapai antara 30 knot terjadi di wilayah Majalengka, meski demikian Badan Metereologi dan Geofisika di Jatiwangi tidak mencatat kemungkinan adanya udara ekstrim atau elnino.
Angin musim kemarau dan udara panas yang menjadi ciri khas Majalengka sehingga Majalengka dijuluki sebagai kota angin kini kembali muncul setelah sekitar beberapa tahun terakhir sempat menghilang. Angin yang datang menderu ini menyulitkan para pengedara sepeda motor ataupun pejalan kaki yang tidak bisa bebas melenggang karena sapuan angin yang kencang. Pengendara sepeda motor yang tengah melaju akan sangat terganggu dengan kencangnya angin ini sehingga akan terasa goyang, terlebih bagi yang menjalankan kendarananya dengan kecepatan tinggi.

Namun demikian para petani buah malah bersyukur karena kembalinya angin Majalengka ini ditengarai bakal menyuburkan kembali produksi mangga yang menjadi potensi Kabupaten Majalengka sebagai penghasil mangga di Jawa Barat. Karena dengan kencangnya tiupan angin ini pembuahan akan sangat baik.
“Angin semenjak bulan puasa kembali datang dengan kencang, angin seperti ini memang kurang mengenakan bagi tubuh karena akan terasa dingin, namun untuk penyerbukan mangga cukup bagus sehingga petani mangga yang beberapa tahun terakhir merugi kini diprediksi akan untung karena bunga akan tumbuh sengan bagus,” ungkap Agus petani mangga.
Hanya sebaliknya dengan tiupan angin yang kencang ini akan sangat cepat mengotori rumah karena angina membawa debu yang bayak. Takheran kalau lantai rumah dan kaca jendela akan cepat kotor dalam waktu beberapa saat.
Menurut keterangan prtugasBMG dari Jatiwangi Tohara, angin tersebut bertiup dari arah Selatan ke Utara, dipastikan angin bukan berasal dari wilayah gunung melainkan dari arah Selatan. Tidak ada pusaran angin yang bakal mengancam terjadinya angina puting beliung apalagi terjadi tornado, karena kondisi angin tetap bertiup normal.
“Suhu udara sementara ini masih batas normal hanya mencapai 33 derajat celcius, itupun suhu tertinggi yang terjadi sementara ini di Majalengka serta Jatiwangi. Suhu udara tertinggi untuk wilayah Kabupaten Majalengka biasanya terjadi di daerah Jatiwangi, namun demikian untuk saat ini masih diambang batas normal,” ungkap Tohara.
Menurutnya, sebelum tahun 2000 suhu udara untuk wilayah Majalengka sempat dikisaran 38 derajat celcius, ketika itu cuaca benar-benar ekstrim kelembabanpun sangat rendah, akibatnya banyak sumur-sumur penduduk yang mengalami kekeringan. Akibatnya wargapun kesulitan air bersih.



2.Kesenian Khas Majalengka
Sebagian besar masyarakat di wilayah Kabupaten Majalengka ini sangat menghormati dan melestarikan kesenian-kesenian yang tentunya sudah di ajarkan secara turun-temurun oleh para pendahulunya dan mereka pun dengan sengaja menurunkan ilmu-ilmu nya pada para penerusnya.
            Berikut ini merupakan kesenian-kesenian yang berada di wilayah Ka.Majalengka :
1.Tarian Sampyong
Gambar 1.1 Tarian Sampyong
 

Pada tahun 1960 di daera Cibodas Kecamatan Majalengka tumbuh sebuah permainan rakyat yang dikenal dengan ujungan. Permainan ini merupakan permainan adu ketangkassan dan kekuatan memukul dan dipukul dengan mengunakan alat yang terbuat dari kayu atau rotan berukuran 60 cm. Pemain terdiri atas dua orang yang saling berhadapan, baik laki-laki maupun perempuan, dipimpin oleh seorang wasit yang disebut malandang. Kedua pemain menggunakan teregos, yaitu tutup kepala yang terbuat dari kain yang diisi dengan bahan-bahan empuk sebagai pelindung kepala. Tutup kepala demikian dikenal pula dengan sebutan balakutal. Sasaran pukulan pada permainan ujungan tidak terbatas, dari ujung kepala hingga ujung kaki tanpa di tangkis. Seorang pemain dapat memukul lawanya sebanyak-banyaknya, atau bahkan dipukul sebanyak-banyaknya, hingga salah seorang diantaranya dinyatakan kalah karena tidak lagi kuat manehan rasa sakit akibat pukulan.
Pada deskripsi profil ini, ujungan tidak dikatagorikan seni bela diri, karena seorang pemain tidak melakukan jurus tangkisan. Walupun demikian, permainan ini tetap dianggap sebagai sebuah karya seni karena didalamnya terdapat unsur-unsur kesenian, misalnya seperangkat gamelan pencak silat yang ditabuh sepanjang permainan ujungan dilaksanakan. Adegan ibing pencak silat yang manis. Pukulan ditandai dengan seruan sang maladang : “ Biluuk! “, disusul kemudian dengan pukulan kearah yang diinginkan.
Karena sifat permainan yang terlalu bebas, maka permainan ini dianggap terlalu berbahaya dan tidak banyak orang yang sanggup memainkannya. Beberpa orang tokoh ujungan mencoba membuat penyempurnaan-penyempurnaan, dengan cara menyederhanakan aturan permainan. Setidaknya terdapat tiga butir aturan esensial yang terdapat pada aturan permainan yang baru, yaitu :
  • Seorang pemain hanya diperkenankan memukul sebanyak 3 (tiga) kali pukulan; dan
  • Sasaran pukulan hanya sebatas betis bagian belakang, tidak lebih dari itu.
  • Pemain dapat bermain pada kelas yang ditentukan menurut usia, misalnya golongtan tua, menengah, pemuda, dan anak-anak.
2.Kecapian
Gambar 2.1 Kecapian

Kecapapian merupakan bentuk kesenian yang menggunakan kecapi sebagaiwaditra utama. Di Majalengka tumbuh berbagai ragam bentuk bentuk seni kecapian, antara lain Kecapi Suling, Kecapi Cemplungan, Kecapi Jejaka Sunda, Kecapi Pantun, dan Kecapi Kalaborasi. Berikut disajikan deskripsi tentang keenam ragam seni kecapian tersebut.
 3.Tari Topeng
Gambar 3.1 Tari Topeng  Klasik

Tari topeng klasik berkembang di Desa Randegan Kecamatan Jatitujuh. Ini merupakan kelompok seni tradisional yang didirikan tahun 1952 sebagai kelanjutan dari tradisi di Desa Beber. Pendirinya adalah Ema Nayem, kemudian diwariskan kepada H. Warniti, Suanda, Tasminah, dan Suhadi hingga sekarang. Menurut Suhadi Tari Topeng Klasik yang dipimpinnya pernah tampil hingga ke wilayah Cirebon dan Kuningan.
Penyajian Tari Topeng Klasik didukung oleh pangrawit, (pemusik), penari dan lawak berbusana khas tradisional Cirebon. Busana yang dipakai oleh pangrawit yaitu jas tutup, bendo dan selancar. Sedangkan pemeran wanita berupa apok, soder dan sontog. Kesenian ini dilengkapi dengan Iayar, dekorasi panggung khas Cirebon.





4.Kuda Renggong
Gambar 4.1 Kuda Renggong

Kuda renggong tumbuh dan berkembang di Kabupaten Majalengka sejak tahun 1950-an. yaitu sebuah seni pertunjukan rakyat yang bersifat helaran dan pada awalnya disiapkan melayani pesta sunat. Penampilannya kemudian bukan hanya untuk pesta sunat,-namun dipersiapkan juga untuk acara lain, seperti upacara hari besar, festival, menyambut tamu, dll.
Perkembangan kesenian kuda renggong berkembang pesat dan tersebar hampir di semua kecamatan. Dengan tidak menafikan makna spiritual yang dikandungnya, kuda renggong di Majalengka menjadi fenomena hiburan yang digemari oleh semua lapisan mas.yarakat. Studio Radio Indraswara Majalengka bahkan membuat mementum yang bagus, yakni dengan membuat jadwal festival Kuda Renggong setiap tahun sekali. Pada saat festival inilah masyarakat­mendapat kesempatan mengapresiasi kesenian kuda renggong, sekaligus memahami makna yang dikandungnya. Arthur Nalan (2003) menyebutkan bahwa "makna simbolis kuda renggong adalah makna spiritual, makna interaksi makhluk Tuhan, bermakna spiritual, teatrikal dan makna universal.
Hingga saat ini, tercatat ada 50 group kesenian kuda renggong di Majalengka. Indraswara penyelenggara festival kuda renggong paling sedikit mengundang sedikitnya 15 group kuda renggong. untuk tampil pada acara festival tahunan yang secara resmi dibuka oleh Bupati Majalengka. 
 

3.Tempat Wisata yang berada di wilayah Kab.Majalengka

              Sebagai salah satu Kabupaten, Majalengka pun memiliki banyak sekali tempat-tempat wisata yang tersebar di setiap di berbagai wilayah yang termasuk kedalam wilayah Kabupaten Majalengka.

  Berikut ini adalah beberapa tempat wisata yang menarik dan hanya terdapat di Kabupaten Majalengka saja :


Objek dan daya tarik wisata ini terletek di Desa Cikondang Kecamatan Cingambul yang memiliki jarak +39 km dari pusat kota Majalengka. Objek wisata ini pada umumnya sering di kunjungi oleh para pelajar yang datang pada waktu libur. Objek wisata Air Terjun Cibali ini belum terkelola dengan baik. Untuk akses menuju lokasi tersebut kurang baik dan angkutan umum yang menuju ke tempat wisata ini belum ada. Sedangkan fasilitas di objek wisata ini belum dibangun.


2. Air Terjun Cilutung


Terletak di Desa Campaga Kecamatan Talaga dengan jarak tempuh +28 Km dari  pusat Kota Majalengka. Objek Wisata ini memiliki potensi yang sangat baik untuk dikembangkan, namun lokasi ini belum terkelola dengan baik. Akses menuju lokasi tersebut sudah cukup baik tetapi belum adanya angkutan umum untuk menuju lokasi tersebut. Oleh karena itu, objek wisata ini memerlukan perhatian yang lebih dalam menangani potensi pariwisata yang ada di Desa Talaga Kulon, sehingga Air Terjun Cilutung dapat dikembangkan menjadi objek wisata yang dapat menarik minat pengunjung.

3. Situ Sangiang (Makam Sunan Parung)

Situ Sangiang terletak di Desa Sangiang, Kecamatan Banjaran yang didirikan pada tahun 1998, dimana jarak yang harus di tempuh untuk menuju obyek wisata ini yaitu +27 km dari pusat kota Majalengka. Luas keseluruhan objek wisata ini yaitu +107 Ha, sedangkan untuk luas Situ Sangiang yaitu +19,7 Ha. Objek wisata ini dikelola oleh TNGC (Taman Nasional Gunung Ciremai) dan KOMPEPAR (kelompok penggerak pariwisata). Objek wisata Situ Sangiang memiiki panorama yang indah dengan hamparan situ/danau, dalam Situ Sangiang hidup ikan mas dan ikan lele yang menurut masyarakat setempat dipercaya sebagai penjelmaan prajurit Talaga Manggung. Selain situ di tempat ini terdapat makam kramat Sunan Parung yang menjadi tujuan utama para pengunjung untuk berziarah. Sambil menikmati keindahan panorama Situ Sangiang, pengunjung dapat berkeliling menggunakan jalan setapak melihat pepohonan yang berumur ratusan tahun dan satwa liar seperti kera dan lutung.
Akses menuju objek wisata ini cukup baik, jalan menuju objek wisata, dari arah wates sudah cukup baik dengan konstruksi aspal, kondisinya lebar cukup untuk mobil dua arah tetapi seterusnya kondisi jalan yang rusak dan tidak adanya angkutan umum yang menuju kesana, melainkan hanya mobil bak terbuka atau ojek dan kurangnya pasokan air bersih. Rata-rata pengunjung ke objek ini yaitu +800 – 1000 pengunjung/bulan (80% wisata ziarah dan 20% wisata ke situ). Pada tahun 2007 jumlah pengunjung yaitu 8.387 pengunjung sedangkan pada tahun 2005 jumlah kunjungan ke objek wisata ini yaitu 20.600 pengunjung, dengan harga tiket masuk Rp.3000/orang. Sedangkan fasilitas yang terdapat objek wisata tersebut yaitu loket karcis, toilet, parkir, dan tempat istirahat.

g. Situ Janawi

Terletak di Desa Teja, Kecamatan Rajagaluh, dengan jarak tempuh +25 km dari pusat Kota Majalengka. Situ ini memiliki luas sebesar +1 Ha yang sampai saat ini masih dikelola oleh Madrasah Diniyah Awaliah. Situ ini memiliki keunikan, dimana adanya daratan kecil ditengah situ dan adanya sumber mata air yang konon katanya dapat menyembuhkan penyakit.
Akses menuju situ ini sudah cukup baik dengan kondisi jalan yang sudah diaspal, tetapi tidak adanya sarana trasnportasi berupa angkutan umum yang menuju ke objek wisata tersebut dengan fasilitas yag masih kurang mendukung. Rata-rata jumlah pengunjung pada event tertentu (lebaran) mencapai +150 pengunjung dengan tiket masuk sebesar Rp. 5.000,-/orang.

4. Talaga Herang dan Talaga Loa

Objek wisata ini terletak di Kecamatan Sindangwangi yang didirikan pada tahun 1999. Objek wisata ini berjarak +23 km dari pusat Kota Majalengka, dimana objek ini dikelola oleh Desa atau KOMPEPAR yang memiliki luas +3 Ha dengan jumlah karyawan sebanyak 10 orang. Objek ini masih bersifat alami dengan mononjolkan daya tarik air talaga yang sangat bening dan adanya mata air yang keluar dari perut bumi ditengah talaga sehingga pengunjung dapat melihat sampai ke dasar talaga. Selain itu objek wisata ini menawarkan koleksi berbagai jenis ikan yang terdapat di talaga, pengunjung dapat menikmati keindahan talaga dengan menggunakan becak air atau perahu kecil.


5. Situ Cipanten

Gambar 5.1 Situ Cipanten
Situ Cipanten terletak di Desa Gunung Kuning, Kecamatan Sindang. Situ ini memiliki luas +1 Ha yang diresmikan pada tahun 1973 yang merupakan Proyek Insentif IPD yang dikelola oleh Desa atau KOMPEPAR. Jarak dari pusat kota menuju objek wisata ini +15 km. Situ ini memiliki 3 manfaat, diantaranya untuk pengairan, perikanan, dan pariwisata. Daya tampung situ ini yaitu 30.000 m3, dimana air yang mengalir dari situ ini sebesar 0.350 l/d dengan areal yang dialiri mencapai 600 Ha. Selain itu objek ini menyediakan pemandangan situ yang cukup menawan, pengunjung dapat menikmati kesejukan udara di lokasi tersebut sambil menikmati pemandangan situ yang tenang.


5.Rupa-rupa

  • Makanan khas Majalengka adalah ayam bakar taliwang, es awan putih, sangkur
  • Pada tahun 1990-an Majalengka mendefinisikan dirinya sebagai Kota ibadah. Ibadah merupakan kependekan dari-kalau tidaksalah-iman, bersih, aman, damai, dan hijau. Waktu itu jalan utama yang membelah kota Majalengka masih bernama Jalan RA Siti Hartinah (alias Ibu Tin Suharto)
  • Majalengka juga dikenal sebagai Kota Pensiunan. Ini disebabkan karena, konon, di Majalengka banyak bermukim generasi sepuh yang tetirah menikmati masa tuanya. Belum pernah ada yang mengungkap bagaimana kebenaran julukan ini.

  • Yang lebih akrab di benak masyarakat justru julukan Majalengka Kota Angin. Tak musim hujan, tak kemarau, hembusan anginnya selalu khas Majalengka. Apakah ini karena pengaruh letak geografisnya yang dekat Gunung Ciremai. Entahlah. Klaim inipun belum pernah ada pembuktian ilmiahnya (tidak seperti Bogor Kota Hujan, misalnya).
  • Pabrik gula di Kadipaten (sekarang sudah tidak beroprasi)



BAB III

PENUTUP


Demikianlah sebagaimana mestinya kita ketahui seluk-beluk mengenai kabupaten Majalengka, semoga makalah ini bermanfaat dan menjadikan pengetahuan sekaligus membuat kita tahu bahwa banyak hal yang dapat digali pada daerah-daerah tertentu, sehingga tenggang rasa bagi kita untuk melestarikannya. Diharapkan pola pikir kita terus berkembang selaras dengan Nasionalisme sehingga Indonesia akan menjadi negeri yang kaya akan sumber daya.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada Pa Hidayat yang telah memberi kesempatan bagi saya untuk menyelesaikan makalah ini.

Salam sukses.



DAFTAR PUSTAKA


·         H.M. Su’yb, J. (1983). “Budaya Kaidah Kewarganegaraan”. Jakarta: Al-Husna Zikra.
·         Goleman, Daniel. (2000). “Kecerdasan Emosional”. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
·         Dryden, Gordon & Jeannete Vos. (2001). “Revolusi Pembelajaran”. Bandung: Kaifa.
·         Ali, H. (1987). “Filsafat Kebudayaan”. Yogyakarta:Kota Kembang.
·         Azman, N. (1978). “Ilmu Pengetahuan Umum”. Bandung: Ganeca Science Book.
·         Hartanto, J.S Koencoro, dam S.Seputro, A.M. (2004). “ABC Indonesia Cinta Budaya”. Surabaya; Indah.
_________.(2004). Panduan. Yogyakarta

·         http://majalengka.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar